Powered By Blogger

Thursday, July 4, 2013

Cerpen yang ane postingin pertama kali!



Saturday
            Pagi yang cerah di jalan Saint Andrews, disana terdapat sebuah rumah kontrakan sederhana milik seorang pemuda bernama John Ignelois. Dia masih tidur pulas terbalut selimut hangat miliknya, dia tidak tahu bahwa waktu menunjukan pukul 09.35 pagi dan dia harus pergi bekerja. Tiba-tiba terdengar bunyi alarm nyaring, John sedikit demi sedikit mulai membuka matanya, dengan pengelihatan yang masih sedikit agak kabur, John melihat jam di alarm.......
”Sial, aku terlambat!” Teriak John.
John pun terperanjak dan langsung pergi ke kamar mandi, setelah mandi john lansung berpakaian, tidak lupa dia memakai topi kesayangan pemberian kakeknya, pada topi itu tertulis insial “StL” atau Saint Louis Cardinals. Ya Saint Louis adalah klub baseball kesayangan John dan kakeknya. Dengan sepedanya John segera bergegas ke sebuah minimarket tempatnya bekerja. John memarkirkan sepada kemudian langsung masuk ke minimarket. Dia langsung mengahadap seorang wanita paruh baya keturunan negro yang ternyata dia adalah nyonya Obadiah pemilik minimarket sekaligus bos dari John.
“Nonya, aku minta maaf, selanjutnya aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, sekali aku minta maaf” Ucap John dengan nada menyesal.
“Maaf?” Jawab nyonya Obadiah dengan raut muka yang bingung.
“Maaf untuk apa John?” Lanjut nyonya Obadiah.
“Maaf karena terlambat masuk kerja” John menjelasakan.
“Bicara apa kamu ini? Kau tidak tidak terlambat justru Kamu tepat waktu, inikan hari Sabtu dan toko mulai buka pada 10 pagi” Kata nyonya Obadiah.
“Hari Sabtu? Tunggu, tunggu nyonya, bukannya hari ini..... adalah hari Senin? tanggal berapa sekarang?” John kembali bertanya.
“John..., John..., John. Baiklah akan kujelaskan. Hari ini adalah hari Sabtu dan sekarang adalah tanggal 3 kau bisa mengeceknya sendiri di kalender. Sebenarnya ada apa denganmu?” Nyonya Obadiah menjelasakan dengan sabar.
“Tapi, tapi.........” John masih bingung.
“Sudah, sudah sekarang Aku memiliki pekerjaan untukmu, tolong antarkan paket belanjaan ini ke  Undella Road, itu  4 blok dari sini. Mengerti?” Suruh nyonya Obadiah.
“Baik....,baiklah Aku mengerti” John menjawab sembari masih bingung dengan apa yang terjadi.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, akhirnya setelah selesai seharian bekerja, John pun pulang dan langsung berbaring diatas ranjang sambil melihat ke jendela, John masih bingung dengan kejadian hari ini.
“Hari ini aneh sekali” Keluh John.
“Ahhh....Sudahlah” John melanjutkan.
John mecoba untuk melupakan apa yang terjadi hari ini, dia pun melihat sebuah kotak berisi jam tangan, rencananya John akan memberikan jam tangan tersebut sebagai hadiah ulang tahun untuk kakaknya, Adam. Adam mungkin bisa membeli hadiah yang John berikan dengan mudah. Ya, itu wajar karena Adam adalah seorang pegawai bank Nasional di Amerika. John mungkin memang harus bersusah payah membeli jam tangan mahal dengan merk Oakley tersebut dengan mengumpulkan uang dari dua bulan gajinya, meskipun begitu dia melakukan ini, semata-mata karena dia ingin membayar kesalahannya tahun lalu yang tidak bisa memberikan kado apa-apa untuk kakaknya, padahal kakaknya sudah memberikan kado yang John inginkan saat ulang tahunnya, meskipun kakaknya merasa paham dengan kondisi John saat itu yang belum memiliki pekerjaan. Oleh karena itu pada ulang tahun kakaknya hari Kamis mendatang John ingin benar-benar memberikan kado yang terbaik untuk kakaknya. Setelah lama memikirkan apa yang dia rencanakan untuk kakaknya, John pun perlahan-lahan mulai memejamkan matanya.......kemudian dia pun tertidur lelap.
            Hari esok tiba, John masih tertidur dengan lelap tapi dia mulai mendengar suara samar–samar memanggil namanya dengan sebutan yang paling dia benci. Perlahan-lahan suara itu semakin terdengar dengan jelas.
“Hey Purple Boy, bangun!” Seruan seseorang.
“Ah... sudah kubilang jangan pernah panggil aku dengan sebutan itu, Adam!” Jawab John. Ternyata orang yang membangunkan John adalah kakaknya sendiri Adam.
“Hey, santai jangan emosi seperti itu, ternyata kamu masih belum bisa melupakan sebutan itu” Adam mencoba menenangkan John.
“Tentu saja aku tidak bisa melupakannya begitu saja” John merespon.
Ya, John mendapatkan sebutan itu ketika dia masih duduk di bangkuSMP. Saat itu John kecil
sedang duduk di kantin sambil menikmati sandwich ikan tuna favoritnya, tiba-tiba datang seorang bocah gemuk dengan perut buncit yang terlihat, datang menghampirinya. Ya, dia adalah Donald “Faty” Johnson bisa dikatakan dia adalah bocah paling nakal di sekolah. Dia mencoba mengganggu John,  John yang benar-benar kesal mencoba melawannya, tapi...Hasilnya sudah dapat ditebak, John yang memiliki tubuh kecil langsung di hadiahi bogem mentah oleh Donald, John pun mendapatkan luka memar berwarna ungu kehitaman di mata kirinya. Sejak saat itu teman-temannya selalu mengejaknya dengan sebutan ”Purple Boy” atau “Bocah Ungu”.
“Benar-benar malang nasibmu” Adam sedikit mengejek.
“Ah, sudahlah. Ada apa kamu datang kesini?” Tanya John.
“Aku ingin mengajakmu menonton pertandingan final MLB,tinggal selangkah lagi St. Louis meraih gelar ke - 12” Jawab Adam sambil memberikan selembaran tiket.
“Final MLB? Tunggu, tunggu. Bukannya final MLB itu minggu depan? Sekarang tanggal berapa? Tanya John dengan nada cemas.
“Hey, John ada apa denganmu? Sekarang itu hari Sabtu tanggal 10 dan final MLB diselenggarakan malam ini” Jawab Adam.
“Sial, kenapa hal ini terjadi lagi!” kata John dalam hati. John pun tanpa sengaja melihat tangan kiri Adam dan dia terkejut ketika melihat jam tangan yang hendak dia berikan sebagai hadiah terpasang di tangan kiri Adam.
“Adam dari mana kau mendapatkan jam tangan itu?” Tanya John.
“Bicara apa kamu? Masa Kamu bisa lupa, jam tangan ini Kau berikan sebagai hadiah ulang tahunku Kamis lalu. Sebenarnya apa yang terjadi? Kau kelihatannya bingung sekali?” Tanya Adam.
“Tidak, tidak apa-apa. Baiklah nanti malam final MLB, kau tunggu saja nanti Aku pasti akan datang” Jawab John.
“Ok, baiklah Kutunggu nanti. Hey, jika merasa tidak enak badan sebaiknya Kamu pergi dokter, kamu kelihatan buruk sekali hari ini” Kata Adam.
“Terima kasih atas sarannya, tapi Aku baik-baik saja hari ini” Kata John.
Adam keluar dari kontrakan John, sementara itu di dalam John masih bingung dan tidak menyangka kejadian ini bisa terulang lagi.
“Sial, kenapa ini bisa terjadi kepadaku!!!?” Sembari melihat cermin John meluapkan emosinya.
“Tidak, tidak ini tidak boleh terjadi kepadaku, orang lain pun tidak boleh mengetahui ini termasuk Adam, aku tidak ingin merepotkannya” Ucap John.
John pun mencoba menenangkan pikirannya dengan pergi keluar rumah, john pergi dengan
arah dan tujuan yang tidak jelas. Akhirnya John tiba di sebuah taman dengan kolam yangterdapat di dalamnya, sambil bersandar di bawah pohon dia termenung meratapi kejadian aneh yang menimpa dirinya. Tiba- tiba...
"Sebenarnya apa yang terjadi padaku!!!" Sambil berdiri menghadap kolam, john berteriak dengan keras dan tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya. John pergi meninggalkan taman, dengan tatapan mata yang kosong, kembali dia berjalan tanpa arah dan tujuan. Diperjalanan tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita yang sedang membawa banyak barang.
“Maaf, maafkan Aku” Kata John, sambil memberesakan barang-barang si Wanita yang jatuh berserakan.
“Tidak, tidak apa-apa” Jawab si Wanita.
“Sekali lagi maafkan Aku, aku hanya sedang memiliki masalah dan tidak harus berbuat apa” John menjelasakan, sambil menatap wajah si Wanita, dia memberikan barang-barangnya.
“Tidak, tidak apa-apa. Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Kamu tidak perlu bingung menghadapinya cukup jalani saja” Ucap si wanita sambil tersenyum.
“Terima....,terima kasih atas.... saran yang kamu berikan” Jawab John, sambil terbata-bata dan wajah yang sedikit memerah.
“Tidak, seharusnya Aku yang berterima kasih, karena kamu telah membantuku membereskan semua barang-barangku. Kalau begitu, sampai jumpa” Tandas si wanita.
“Ya.....,sampai jumpa” Jawab John.
Si wanita pun pergi dan benar-benar meninggalkan kesan yang mendalam bagi John. Dia merasa sangat senang bisa bertemu dan nyaman ketika berbincang dengan wanita tersebut. Kini sedikit demi sedikit, dia mencoba  untuk melupakan kejadian aneh yang menimpa dirinya.
“Ya Tuhan, cantik sekali wanita itu...,Oh, Sial Aku lupa menanyakan siapa namanya,ahh......” Ucap John dengan penuh kekaguman bercampur penyesalan.
Dalam hati John berharap suatu saat dia bisa bertemu lagi dengan wanita tersebut.
            Malam pun tiba, John mencoba menepati janjinya untuk menonton pertandingan final MLB bersama Adam. John pun masuk ke stadion yang ramai dan penuh riuh oleh para suporter, di dalam Adam sudah menunggunya.
“Adam!” Kata John sambil sedikit berlari
“Hey, kemari!” Kata Adam.
John pun menghampiri Adam.
“Kamu terlambat pertandingannya sudah di mulai” Kembali kata Adam.
“Maafkan Aku, tadi sedikit macet di jalan” John mencoba berdalih.
“Ah, sudahlah sebaiknya kita nikmati saja pertandingan ini” Ucap Adam.
Mereka berdua tampak menikmati pertandingan final tersebut. Mereka bersorak ketika tim favorit mereka St. Louis mencetak angka. Malam kian sempurna bagi mereka, karena St. Louis sukses memenangkan pertandingan dan berhasil menjadi juara Major League Baseball untuk ke-12 kalinya.
“Andai Kakek masih ada, pasti dia bangga karena St. Louis berhasil menjadi juara” Kata John.
“Ah, tentu saja, dia pasti sangat senang dan bangga” Kata Adam.
John dan Adam sudah tidak memiliki orang tua, orang tua mereka meninggal karena kecelakaan pesawat saat mereka masih kecil. Sejak saat itu mereka di asuh Kakek mereka, namun Kakek mereka sudah meninggal dua tahun yang lalu, satu-satunya sanak saudara yang ada, hanya paman mereka yang tinggal di Oregon tapi mereka belum pernah bertemu sama sekali, mereka hanya diberi alamat rumahnya saja oleh kakek mereka jika sewaktu-waktu ingin bertemu dengan paman mereka. Malam kian larut, John dan Adam pun pulang kerumah masing-masing setelah mereka berpesta merayakan kemenangan St. Louis. Tiba di rumah John, langsung berbaring di ranjang.
“Ya Tuhan, jika besok tetap masih hari sabtu maka Aku akan ikhlas dan lebih siap menghadapinya, asalkan setiap hari Sabtu itu Aku selalu bahagia hari seperti hari ini” Ucap John dalam pikirannya.
Tak lama kemudian John pun memejamkan mata, di dalam hatinya John menanti hari esok dengan perasaan yang was-was.
            Pagi pun tiba, John langsung bangun dari tempat tidurnya kemudian dia melihat keluar jendela, di sebrang jalan melihat sebuah papan reklame. Pada papan reklame tersebut terdapat sebuah tulisan yang bertuliskan “Diskon 50-70% di St. Andrews Departmen Store hanya hari ini, Sabtu tanggal 17”. Ya, benar apa yang John khawatirkan akhirnya terjadi, hari ini kembali adalah hari Sabtu.
Oke, oke John santai, tenangkan dirimu. Kini Kamu harus lebih siap menghadapi hari Sabtu ini” Ucap John sambil mencoba menenangkan dirinya sendiri.
“Baiklah, kini Aku siap menghadapi hari Sabtu ini meskipun Aku tidak tahu apa yang Aku lakukan selama seminggu kebelakang, aku hanya bisa berharap semoga saja Aku melakukan hal yang baik dan benar dan semoga hari Sabtu ini menjadi hari yang indah agar bisa kunikmati” John melanjutkan ucapkannya.
Sambil menarik nafas, John kemudian membuka pintu rumahnya lalu dia melangkah keluar rumah dan yang menjadi tempat tujuannya pergi adalah tempat dia bekerja, minimarket. Akhirnya John pun tiba di minimarket.
“Pagi nyonya Obadiah” Sapa John.
“Pagi John” Jawab nyonya Obadiah.
“Maaf nyonya, bolehkah Aku bertanya sesuatu padamu?” Tanya John.
“Ya tentu saja silahkan, apa yang ingin kamu tanyakan?” Jawab nyonya.
“Apakah...dalam seminggu ini Aku melakukan kesalahan dalam bekerja?” Tanya John kembali.
“Bicara apa Kamu? Apa Kamu tidak ingat atau Kamu pura-pura lupa agar bisa dipuji?” Kembali jawab nyonya.
“Bukan begitu maksudku nyonya....Tunggu, tunggu, dipuji apa maksud Anda?” Masih John bertanya.
“Ah, baiklah John ternyata Kamu memang orang yang ingin selalu dipuji. Kamu bekerja dengan baik sekali minggu ini, Aku sangat bangga punya pegawai sepertimu. Oleh karena itu sebagai tanda terima kasih dariku, kamu akan Aku berikan promosi jabatan menjadi Asisten Manajer” Kata nyonya Obadiah.
“Hah! apakah kau serius nyonya?” Kata John dengan nada penuh ketidak percayaan.
Kemudian nyonya Obadiah hanya mengangguk saja.
Yahoo! Yes! Terima kasih nyonya!” Sambil melompat, John mengucapkannya dengan nada penuh kebahagiaan.
“Sudah, sudah cukup senang-senangnya, sekarang kamu kembali bekerja, masih banyak pelanggan yang harus dilayani” Ucap nyonya Obadiah.
“Baiklah nyonya, siap!” Kata John.
John benar-benar senang dan tidak menyangka atas apa yang dapatkan pagi ini. Dia benar-benar bersemangat melayani para pelanggan minimarket. Malam pun tiba waktu John untuk bekerja sudah selesai, saatnya dia untuk pulang. John menuju rumah dengan mimik wajah yang berseri-seri karena dia benar-benar senang dengan apa yang terjadi hari ini. Tapi sepertinya kebahagiaan John belum akan berakhir, karena di sebrang didepan sebuah kafe, John melihat sosok wanita yang dia temui Sabtu kemarin. Dia langsung menghampiri wanita itu. Ketika dia mencoba menyapanya, justru si wanita mendahului John dengan bertanya.
“Hey, kemana saja kamu? Lama sekali” Tanya si wanita.
“Aku?” Jawab John dengan penuh kebingungan.
“Ah sudahlah, ayo masuk” Kata si wanita sambil menarik tangan John, kemudian masuk ke kafe.
John dan wanita itu pun duduk dimeja kafe sebelah barat dekat dengan jendela besar yang menyuguhkan pemandangan keluar. Si wanita pun memanggil pelayan kafe.
“John Kamu ingin pesan apa?” Tanya si wanita.
“Aku pesan burger saja” Jawab John.
“Minumnya?” kembali si wanita bertanya.
“Samakan saja denganmu” Kembali John menjawab.
“Baiklah kalau begitu Aku pesan burger satu, succotash satu dan lemon squash dua” Ucap si wanita kepada si pelayan.
Sambil menunggu pesanan datang mereka pun mencoba mengobrol.
“Jadi apa yang kau ingin bicarakan denganku, John?” Tanya si wanita.
Sambil menahan dagu dengan tangannya, John hanya melamun memandangi wajah cantik wanita itu.
“Ya Tuhan wanita ini benar-benar cantik sekali, aku sangat senang bisa bertemu dengannya lagi” Kata John dalam hatinya.
“John? John?” Kata si wanita sambil melambaikan tangan ke wajahnya.
“Oh ya, ya ada apa?” Jawab John yang tersadar dari lamunannya.
“Kamu melamunkan apa?” Tanya si wanita.
“Oh tidak, bukan apa-apa, hanya saja kamu kelihatan cantik sekali hari ini” Ucap John.
“Oh...Terima kasih. Jadi apa yang ingin kamu bicarakan John?”. Kembali si wanita bertanya.
Mendengar pertanyaan itu, John nampak panik dan bingung karena dia tidak tahu kenapa dia bisa memiliki janji dengan wanita ini, John semakin panik karena sampai sekarang dia tidak tahu siapa nama wanita ini. Dia pun berpikir mungkin dalam seminggu kebelakang entah itu hari apa, John bertemu kembali dengan wanita ini kemudian mengadakan janji dengannya dan mungkin pada saat itu dia sudah mengetahui nama wanita ini. John sebenarnya ingin bertanya pada si wanita siapa namanya, tapi John tidak ingin membuat si wanita bingung. Beruntung John pun melihat sebuah papan nama kecil yang menempel di dada si wanita, disitu tertulis nama “Lucy”. John pun meyakini bahwa nama wanita cantik ini adalah Lucy.
“Hmmm.....Begini Lucy, aku mengajakmu kesini, itu karena Aku ingin menyampaikan terima kasih kepadamu, karena pada minggu lalu Kamu telah membantuku”. Kata John.
“Membantumu?” Kata Lucy.
“Ya, pada saat itu Aku benar-benar bingung karena masalah yang kuhadapi, tapi pertemuan denganmu membuatku menjadi tahu apa yang harus Aku lakukan ketika menghadapi masalah. Apapun masalahnya dan sesulit apapun itu. Ya meskipun saat itu kamu hanya memberikan sebuah kalimat, tapi bagiku kalimat yang kamu ucapkan itu sangat berarti sekali bagiku” John mengucapkannya dengan tulus.
“John, kamu tidak perlu berterima kasih sudah sewajarnya kita saling membantu sama lain”. Ucap Lucy.
Pesanan makanan pun datang, tetapi mereka berdua terus melanjutkan berbincang-bincang, obrolan mereka pun kian hangat. Tidak terasa malam semakin larut, mereka pun mengakhiri perbincangan dan keluar dari kafe.
“Menyenangkan bisa berbincang denganmu”. Kata Lucy.
“Aku juga. Hmmm....Lucy bisakah kita berbincang lagi kapan-kapan...atau mungkin Sabtu depan. Apa Kamu bisa?”  Tanya John.
“Akan Kuusahakan” Jawab Lucy.
“Sabtu depan di tempat dan jam yang sama”  Kata John.
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa”  Kata Lucy.
“Sampai jumpa” Balas John.
John pun pulang ke rumah dengan perasaan yang benar-benar bahagia. Seperti biasa tiba di rumah, John langsung berbaring di ranjangnya. Kini John benar-benar tidak sabar menanti hari esok dan John pun yakin bahwa besok adalah hari Sabtu yang akan menyenangkan hatinya. Perlahan tapi pasti John, mulai merelakan bahwa setiap hari yang dia lewati adalah hari Sabtu asalkan saja hari Sabtu tersebut bisa membahagiakannya. John pun kini punya alasan lain kenapa dia bisa merelakan bahwa setiap harinya adalah hari Sabtu dan alasan itu adalah “Lucy”. John benar-benar jatuh cinta padanya.
            Namun nampaknya semua mimpi John dan hari “Sabtunya” sudah berakhir karena saat John memejamkan kemudian membuka matanya, dia tersadar kalau dirinya sudah ada dalam sebuah ruangan, dirinya tergolek lemah tak berdaya dengan penuh luka di tubuhnya. Tiba-tiba terdengar suara orang membuka pintu kemudian orang itu menghampiri John dan ternyata orang itu adalah Adam.
“John! syukurlah kamu sudah sadar ternyata” Kata Adam dengan gembiranya karena John telah sadar.
“Dimana ini?” Tanya John.
“Kamu ada di rumah sakit sudah tiga hari kamu koma”. Jawab Adam
“Apa yang terjadi padaku?” Kata John.
“Kamu mengalami kecelekaan, kamu tertabrak mobil saat kamu mengendarai sepedamu, apa kamu tidak ingat?” Kata Adam.
“Aku tidak ingat sama sekali. Adam sekarang hari apa?” Tanya John.
“Sekarang hari Selasa, memangnya kenapa?” Jawab Adam
“Tidak, tidak apa-apa” Kata John.
“Kalau begitu aku akan panggilkan dokter, aku akan memberitahunya bahwa kamu sudah sadar” Kata Adam.
Adam pergi meninggalkan John untuk memanggil dokter. Dalam kondisi terbaring John masih bisa belum percaya, bahwa ternyata semua yang terjadi hanya mimpi, tapi John merasakan mimpi itu terasa amat sangat nyata. John mungkin kecewa ternyata hari “Sabtu” yang sebenarnya mulai bisa dia nikmati hanya khayalan alam bawah sadarnya saja, meskipun begitu dia sedikit lega karena dia bisa merasakan kembali hari-hari lainnya selain hari Sabtu.Tapi tetap dalam hatinya dia merasa sedih mengapa dia harus sadar disaat yang tidak tepat. Seminggu berlalu John pun diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Ditemani Adam, John pulang kerumah kontrakannya. Tiba di rumah, mereka berbincang-bincang sebentar.
“Adam terima kasih atas semua yang kamu lakukan selama aku sakit” Kata John.
“Tidak usah berterima kasih, aku inikan kakakmu sudah sepatutnya seorang kakak melindungi dan menjaga adiknya” Kata Adam.
“Oh ya, aku punya sesuatu untukmu, coba kau lihat di laci dekat ranjangku” Kata John.
“Apa ini?” Kata Adam sambil membuka laci kemudian mengambil benda yang ada di dalamnya.
“Coba kamu buka” Kata John.
“hmm... apa ini” Adam membuka kotak tersebut dan isi kotak tersebut adalah sebuah jam tangan.
“Itu hadiah ulang tahunmu, maaf aku hanya bisa memberikan itu” Ucap John.
“Pasti kamu tidak makan untuk membeli jam tangan ini” John mengucapkan dengan nada sedikt bercanda, kemudian Adam memeluk John.
“Terima kasih pasti akan langsung kupakai jam tangan ini, tapi nampakanya aku harus pergi sekarang masih banyak pekerjaan menunggu” Kata Adam.
“Oh ya kalau begitu” Kata John.
“Baiklah kalau begitu sampai jumpa” Kata Adam.
“Eh, tunggu Adam. Apakah St. Louis berhasil menjadi juara?” Tanya John.
“St. Louis gagal menjadi juara mereka kalah oleh New York Yankees di final, mungkin tahun depan mereka bisa juara” Kata John.
“ Ya kalau begitu terima kasih atas infonya, sampai jumpa” Kata John.
Adam pun pergi meninggalkan John.
            Kini John berusaha untuk melupakan mimpi “nyatanya”. John ingin menenangkan pikirannya dengan pergi keluar. Ditengah hiruk pikuk jalan yang ramai John mencoba melangkah dengan pasti, dia ingin benar-benar melupakan apa yang sudah terjadi. Kini dia fokus menatap masa depan dan kehidupannya yang nyata. Namun tiba-tiba ditengah desakan banyak orang yang berlalu –lalang John melihat sosok wanita yang sepertinya tidak asing baginya. John dan wanita itu saling menatap kemudian saling berpapasan, setelah mereka sudah saling melewati. John teringat akan satu nama “Lucy”.

***


Karya: Anshar Alifya Ihsan