Saturday
Pagi
yang cerah di jalan Saint Andrews, disana terdapat sebuah rumah kontrakan
sederhana milik seorang pemuda bernama John Ignelois. Dia masih tidur pulas
terbalut selimut hangat miliknya, dia tidak tahu bahwa waktu menunjukan pukul
09.35 pagi dan dia harus pergi bekerja. Tiba-tiba terdengar bunyi alarm nyaring,
John sedikit demi sedikit mulai membuka matanya, dengan pengelihatan yang masih
sedikit agak kabur, John melihat jam di alarm.......
”Sial, aku terlambat!” Teriak John.
John pun terperanjak dan langsung
pergi ke kamar mandi, setelah mandi john lansung berpakaian, tidak lupa dia
memakai topi kesayangan pemberian kakeknya, pada topi itu tertulis insial “StL” atau Saint Louis Cardinals. Ya Saint Louis adalah klub baseball kesayangan John dan kakeknya.
Dengan sepedanya John segera bergegas ke sebuah minimarket tempatnya bekerja.
John memarkirkan sepada kemudian langsung masuk ke minimarket. Dia langsung
mengahadap seorang wanita paruh baya keturunan negro yang ternyata dia adalah
nyonya Obadiah pemilik minimarket sekaligus bos dari John.
“Nonya, aku minta maaf, selanjutnya
aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, sekali aku minta maaf” Ucap John
dengan nada menyesal.
“Maaf?” Jawab nyonya Obadiah dengan
raut muka yang bingung.
“Maaf untuk apa John?” Lanjut nyonya
Obadiah.
“Maaf karena terlambat masuk kerja”
John menjelasakan.
“Bicara apa kamu ini? Kau tidak tidak
terlambat justru Kamu tepat waktu, inikan hari Sabtu dan toko mulai buka pada
10 pagi” Kata nyonya Obadiah.
“Hari Sabtu? Tunggu, tunggu nyonya, bukannya
hari ini..... adalah hari Senin? tanggal berapa sekarang?” John kembali
bertanya.
“John..., John..., John. Baiklah akan
kujelaskan. Hari ini adalah hari Sabtu dan sekarang adalah tanggal 3 kau bisa
mengeceknya sendiri di kalender. Sebenarnya ada apa denganmu?” Nyonya Obadiah
menjelasakan dengan sabar.
“Tapi, tapi.........” John masih
bingung.
“Sudah, sudah sekarang Aku memiliki
pekerjaan untukmu, tolong antarkan paket belanjaan ini ke Undella Road, itu 4 blok dari sini. Mengerti?” Suruh nyonya
Obadiah.
“Baik....,baiklah Aku mengerti” John
menjawab sembari masih bingung dengan apa yang terjadi.
Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam,
akhirnya setelah selesai seharian bekerja, John pun pulang dan langsung
berbaring diatas ranjang sambil melihat ke jendela, John masih bingung dengan
kejadian hari ini.
“Hari ini aneh sekali” Keluh John.
“Ahhh....Sudahlah” John melanjutkan.
John mecoba untuk melupakan apa yang
terjadi hari ini, dia pun melihat sebuah kotak berisi jam tangan, rencananya
John akan memberikan jam tangan tersebut sebagai hadiah ulang tahun untuk
kakaknya, Adam. Adam mungkin bisa membeli hadiah yang John berikan dengan
mudah. Ya, itu wajar karena Adam adalah seorang pegawai bank Nasional di
Amerika. John mungkin memang harus bersusah payah membeli jam tangan mahal
dengan merk Oakley tersebut dengan
mengumpulkan uang dari dua bulan gajinya, meskipun begitu dia melakukan ini, semata-mata
karena dia ingin membayar kesalahannya tahun lalu yang tidak bisa memberikan
kado apa-apa untuk kakaknya, padahal kakaknya sudah memberikan kado yang John
inginkan saat ulang tahunnya, meskipun kakaknya merasa paham dengan kondisi
John saat itu yang belum memiliki pekerjaan. Oleh karena itu pada ulang tahun
kakaknya hari Kamis mendatang John ingin benar-benar memberikan kado yang
terbaik untuk kakaknya. Setelah lama memikirkan apa yang dia rencanakan untuk
kakaknya, John pun perlahan-lahan mulai memejamkan matanya.......kemudian dia
pun tertidur lelap.
Hari
esok tiba, John masih tertidur dengan lelap tapi dia mulai mendengar suara
samar–samar memanggil namanya dengan sebutan yang paling dia benci.
Perlahan-lahan suara itu semakin terdengar dengan jelas.
“Hey Purple Boy, bangun!” Seruan seseorang.
“Ah... sudah kubilang jangan pernah
panggil aku dengan sebutan itu, Adam!” Jawab John. Ternyata orang yang
membangunkan John adalah kakaknya sendiri Adam.
“Hey, santai jangan emosi seperti itu,
ternyata kamu masih belum bisa melupakan sebutan itu” Adam mencoba menenangkan
John.
“Tentu saja aku tidak bisa
melupakannya begitu saja” John merespon.
Ya, John mendapatkan sebutan itu
ketika dia masih duduk di bangkuSMP. Saat itu John kecil
sedang duduk di kantin sambil
menikmati sandwich ikan tuna
favoritnya, tiba-tiba datang seorang bocah gemuk dengan perut buncit yang
terlihat, datang menghampirinya. Ya, dia adalah Donald “Faty” Johnson bisa
dikatakan dia adalah bocah paling nakal di sekolah. Dia mencoba mengganggu
John, John yang benar-benar kesal
mencoba melawannya, tapi...Hasilnya sudah dapat ditebak, John yang memiliki
tubuh kecil langsung di hadiahi bogem mentah oleh Donald, John pun mendapatkan
luka memar berwarna ungu kehitaman di mata kirinya. Sejak saat itu
teman-temannya selalu mengejaknya dengan sebutan ”Purple Boy” atau “Bocah Ungu”.
“Benar-benar malang nasibmu” Adam
sedikit mengejek.
“Ah, sudahlah. Ada apa kamu datang
kesini?” Tanya John.
“Aku ingin mengajakmu menonton
pertandingan final MLB,tinggal
selangkah lagi St. Louis meraih gelar ke - 12” Jawab Adam sambil memberikan
selembaran tiket.
“Final MLB? Tunggu, tunggu. Bukannya final MLB itu minggu depan? Sekarang tanggal berapa? Tanya John dengan
nada cemas.
“Hey, John ada apa denganmu? Sekarang
itu hari Sabtu tanggal 10 dan final MLB diselenggarakan
malam ini” Jawab Adam.
“Sial, kenapa hal ini terjadi lagi!”
kata John dalam hati. John pun tanpa sengaja melihat tangan kiri Adam dan dia
terkejut ketika melihat jam tangan yang hendak dia berikan sebagai hadiah
terpasang di tangan kiri Adam.
“Adam dari mana kau mendapatkan jam
tangan itu?” Tanya John.
“Bicara apa kamu? Masa Kamu bisa lupa,
jam tangan ini Kau berikan sebagai hadiah ulang tahunku Kamis lalu. Sebenarnya
apa yang terjadi? Kau kelihatannya bingung sekali?” Tanya Adam.
“Tidak, tidak apa-apa. Baiklah nanti
malam final MLB, kau tunggu saja
nanti Aku pasti akan datang” Jawab John.
“Ok, baiklah Kutunggu nanti. Hey, jika
merasa tidak enak badan sebaiknya Kamu pergi dokter, kamu kelihatan buruk
sekali hari ini” Kata Adam.
“Terima kasih atas sarannya, tapi Aku
baik-baik saja hari ini” Kata John.
Adam keluar dari kontrakan John,
sementara itu di dalam John masih bingung dan tidak menyangka kejadian ini bisa
terulang lagi.
“Sial, kenapa ini bisa terjadi
kepadaku!!!?” Sembari melihat cermin John meluapkan emosinya.
“Tidak, tidak ini tidak boleh terjadi
kepadaku, orang lain pun tidak boleh mengetahui ini termasuk Adam, aku tidak
ingin merepotkannya” Ucap John.
John
pun mencoba menenangkan pikirannya dengan pergi keluar rumah, john pergi dengan
arah
dan tujuan yang tidak jelas. Akhirnya John tiba di sebuah taman dengan kolam
yangterdapat di dalamnya, sambil bersandar di bawah pohon dia termenung
meratapi kejadian aneh yang menimpa dirinya. Tiba- tiba...
"Sebenarnya
apa yang terjadi padaku!!!" Sambil berdiri menghadap kolam, john berteriak
dengan keras dan tidak menghiraukan orang-orang di sekitarnya. John pergi
meninggalkan taman, dengan tatapan mata yang kosong, kembali dia berjalan tanpa
arah dan tujuan. Diperjalanan tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita yang
sedang membawa banyak barang.
“Maaf,
maafkan Aku” Kata John, sambil memberesakan barang-barang si Wanita yang jatuh
berserakan.
“Tidak,
tidak apa-apa” Jawab si Wanita.
“Sekali
lagi maafkan Aku, aku hanya sedang memiliki masalah dan tidak harus berbuat
apa” John menjelasakan, sambil menatap wajah si Wanita, dia memberikan
barang-barangnya.
“Tidak,
tidak apa-apa. Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Kamu tidak
perlu bingung menghadapinya cukup jalani saja” Ucap si wanita sambil tersenyum.
“Terima....,terima
kasih atas.... saran yang kamu berikan” Jawab John, sambil terbata-bata dan
wajah yang sedikit memerah.
“Tidak,
seharusnya Aku yang berterima kasih, karena kamu telah membantuku membereskan
semua barang-barangku. Kalau begitu, sampai jumpa” Tandas si wanita.
“Ya.....,sampai
jumpa” Jawab John.
Si
wanita pun pergi dan benar-benar meninggalkan kesan yang mendalam bagi John.
Dia merasa sangat senang bisa bertemu dan nyaman ketika berbincang dengan
wanita tersebut. Kini sedikit demi sedikit, dia mencoba untuk melupakan kejadian aneh yang menimpa
dirinya.
“Ya
Tuhan, cantik sekali wanita itu...,Oh, Sial Aku lupa menanyakan siapa
namanya,ahh......” Ucap John dengan penuh kekaguman bercampur penyesalan.
Dalam
hati John berharap suatu saat dia bisa bertemu lagi dengan wanita tersebut.
Malam pun tiba, John mencoba
menepati janjinya untuk menonton pertandingan final MLB bersama Adam. John pun masuk ke stadion yang ramai dan penuh
riuh oleh para suporter, di dalam Adam sudah menunggunya.
“Adam!”
Kata John sambil sedikit berlari
“Hey,
kemari!” Kata Adam.
John
pun menghampiri Adam.
“Kamu
terlambat pertandingannya sudah di mulai” Kembali kata Adam.
“Maafkan
Aku, tadi sedikit macet di jalan” John mencoba berdalih.
“Ah,
sudahlah sebaiknya kita nikmati saja pertandingan ini” Ucap Adam.
Mereka
berdua tampak menikmati pertandingan final tersebut. Mereka bersorak ketika tim
favorit mereka St. Louis mencetak angka. Malam kian sempurna bagi mereka,
karena St. Louis sukses memenangkan pertandingan dan berhasil menjadi juara
Major League Baseball untuk ke-12 kalinya.
“Andai
Kakek masih ada, pasti dia bangga karena St. Louis berhasil menjadi juara” Kata
John.
“Ah,
tentu saja, dia pasti sangat senang dan bangga” Kata Adam.
John
dan Adam sudah tidak memiliki orang tua, orang tua mereka meninggal karena
kecelakaan pesawat saat mereka masih kecil. Sejak saat itu mereka di asuh Kakek
mereka, namun Kakek mereka sudah meninggal dua tahun yang lalu, satu-satunya
sanak saudara yang ada, hanya paman mereka yang tinggal di Oregon tapi mereka
belum pernah bertemu sama sekali, mereka hanya diberi alamat rumahnya saja oleh
kakek mereka jika sewaktu-waktu ingin bertemu dengan paman mereka. Malam kian
larut, John dan Adam pun pulang kerumah masing-masing setelah mereka berpesta
merayakan kemenangan St. Louis. Tiba di rumah John, langsung berbaring di
ranjang.
“Ya
Tuhan, jika besok tetap masih hari sabtu maka Aku akan ikhlas dan lebih siap
menghadapinya, asalkan setiap hari Sabtu itu Aku selalu bahagia hari seperti
hari ini” Ucap John dalam pikirannya.
Tak
lama kemudian John pun memejamkan mata, di dalam hatinya John menanti hari esok
dengan perasaan yang was-was.
Pagi pun tiba, John langsung bangun
dari tempat tidurnya kemudian dia melihat keluar jendela, di sebrang jalan
melihat sebuah papan reklame. Pada papan reklame tersebut terdapat sebuah
tulisan yang bertuliskan “Diskon 50-70% di St. Andrews Departmen Store hanya hari ini, Sabtu tanggal 17”. Ya, benar apa
yang John khawatirkan akhirnya terjadi, hari ini kembali adalah hari Sabtu.
“Oke, oke John santai, tenangkan dirimu.
Kini Kamu harus lebih siap menghadapi hari Sabtu ini” Ucap John sambil mencoba
menenangkan dirinya sendiri.
“Baiklah,
kini Aku siap menghadapi hari Sabtu ini meskipun Aku tidak tahu apa yang Aku
lakukan selama seminggu kebelakang, aku hanya bisa berharap semoga saja Aku
melakukan hal yang baik dan benar dan semoga hari Sabtu ini menjadi hari yang
indah agar bisa kunikmati” John melanjutkan ucapkannya.
Sambil
menarik nafas, John kemudian membuka pintu rumahnya lalu dia melangkah keluar
rumah dan yang menjadi tempat tujuannya pergi adalah tempat dia bekerja,
minimarket. Akhirnya John pun tiba di minimarket.
“Pagi
nyonya Obadiah” Sapa John.
“Pagi John” Jawab nyonya Obadiah.
“Maaf nyonya, bolehkah Aku bertanya
sesuatu padamu?” Tanya John.
“Ya tentu saja silahkan, apa yang
ingin kamu tanyakan?” Jawab nyonya.
“Apakah...dalam seminggu ini Aku
melakukan kesalahan dalam bekerja?” Tanya John kembali.
“Bicara apa Kamu? Apa Kamu tidak ingat
atau Kamu pura-pura lupa agar bisa dipuji?” Kembali jawab nyonya.
“Bukan begitu maksudku
nyonya....Tunggu, tunggu, dipuji apa maksud Anda?” Masih John bertanya.
“Ah, baiklah John ternyata Kamu memang
orang yang ingin selalu dipuji. Kamu bekerja dengan baik sekali minggu ini, Aku
sangat bangga punya pegawai sepertimu. Oleh karena itu sebagai tanda terima
kasih dariku, kamu akan Aku berikan promosi jabatan menjadi Asisten Manajer”
Kata nyonya Obadiah.
“Hah! apakah kau serius nyonya?” Kata
John dengan nada penuh ketidak percayaan.
Kemudian nyonya Obadiah hanya
mengangguk saja.
“Yahoo!
Yes! Terima kasih nyonya!” Sambil melompat, John mengucapkannya dengan nada
penuh kebahagiaan.
“Sudah, sudah cukup senang-senangnya,
sekarang kamu kembali bekerja, masih banyak pelanggan yang harus dilayani” Ucap
nyonya Obadiah.
“Baiklah nyonya, siap!” Kata John.
John benar-benar senang dan tidak
menyangka atas apa yang dapatkan pagi ini. Dia benar-benar bersemangat melayani
para pelanggan minimarket. Malam pun tiba waktu John untuk bekerja sudah
selesai, saatnya dia untuk pulang. John menuju rumah dengan mimik wajah yang
berseri-seri karena dia benar-benar senang dengan apa yang terjadi hari ini.
Tapi sepertinya kebahagiaan John belum akan berakhir, karena di sebrang didepan
sebuah kafe, John melihat sosok wanita yang dia temui Sabtu kemarin. Dia
langsung menghampiri wanita itu. Ketika dia mencoba menyapanya, justru si
wanita mendahului John dengan bertanya.
“Hey, kemana saja kamu? Lama sekali”
Tanya si wanita.
“Aku?” Jawab John dengan penuh
kebingungan.
“Ah sudahlah, ayo masuk” Kata si
wanita sambil menarik tangan John, kemudian masuk ke kafe.
John dan wanita itu pun duduk dimeja
kafe sebelah barat dekat dengan jendela besar yang menyuguhkan pemandangan
keluar. Si wanita pun memanggil pelayan kafe.
“John Kamu ingin pesan apa?” Tanya si
wanita.
“Aku pesan burger saja” Jawab John.
“Minumnya?” kembali si wanita
bertanya.
“Samakan saja denganmu” Kembali John
menjawab.
“Baiklah kalau begitu Aku pesan burger satu, succotash satu dan lemon
squash dua” Ucap si wanita kepada si pelayan.
Sambil menunggu pesanan datang mereka
pun mencoba mengobrol.
“Jadi apa yang kau ingin bicarakan
denganku, John?” Tanya si wanita.
Sambil menahan dagu dengan tangannya,
John hanya melamun memandangi wajah cantik wanita itu.
“Ya Tuhan wanita ini benar-benar
cantik sekali, aku sangat senang bisa bertemu dengannya lagi” Kata John dalam
hatinya.
“John? John?” Kata si wanita sambil
melambaikan tangan ke wajahnya.
“Oh ya, ya ada apa?” Jawab John yang
tersadar dari lamunannya.
“Kamu melamunkan apa?” Tanya si wanita.
“Oh tidak, bukan apa-apa, hanya saja kamu
kelihatan cantik sekali hari ini” Ucap John.
“Oh...Terima kasih. Jadi apa yang
ingin kamu bicarakan John?”. Kembali si wanita bertanya.
Mendengar pertanyaan itu, John nampak
panik dan bingung karena dia tidak tahu kenapa dia bisa memiliki janji dengan
wanita ini, John semakin panik karena sampai sekarang dia tidak tahu siapa nama
wanita ini. Dia pun berpikir mungkin dalam seminggu kebelakang entah itu hari
apa, John bertemu kembali dengan wanita ini kemudian mengadakan janji dengannya
dan mungkin pada saat itu dia sudah mengetahui nama wanita ini. John sebenarnya
ingin bertanya pada si wanita siapa namanya, tapi John tidak ingin membuat si
wanita bingung. Beruntung John pun melihat sebuah papan nama kecil yang
menempel di dada si wanita, disitu tertulis nama “Lucy”. John pun meyakini
bahwa nama wanita cantik ini adalah Lucy.
“Hmmm.....Begini Lucy, aku mengajakmu
kesini, itu karena Aku ingin menyampaikan terima kasih kepadamu, karena pada
minggu lalu Kamu telah membantuku”. Kata John.
“Membantumu?” Kata Lucy.
“Ya, pada saat itu Aku benar-benar
bingung karena masalah yang kuhadapi, tapi pertemuan denganmu membuatku menjadi
tahu apa yang harus Aku lakukan ketika menghadapi masalah. Apapun masalahnya
dan sesulit apapun itu. Ya meskipun saat itu kamu hanya memberikan sebuah
kalimat, tapi bagiku kalimat yang kamu ucapkan itu sangat berarti sekali
bagiku” John mengucapkannya dengan tulus.
“John, kamu tidak perlu berterima
kasih sudah sewajarnya kita saling membantu sama lain”. Ucap Lucy.
Pesanan makanan pun datang, tetapi
mereka berdua terus melanjutkan berbincang-bincang, obrolan mereka pun kian
hangat. Tidak terasa malam semakin larut, mereka pun mengakhiri perbincangan
dan keluar dari kafe.
“Menyenangkan bisa berbincang
denganmu”. Kata Lucy.
“Aku juga. Hmmm....Lucy bisakah kita
berbincang lagi kapan-kapan...atau mungkin Sabtu depan. Apa Kamu bisa?” Tanya John.
“Akan Kuusahakan” Jawab Lucy.
“Sabtu depan di tempat dan jam yang
sama” Kata John.
“Baiklah kalau begitu, sampai jumpa” Kata Lucy.
“Sampai jumpa” Balas John.
John pun pulang ke rumah dengan
perasaan yang benar-benar bahagia. Seperti biasa tiba di rumah, John langsung
berbaring di ranjangnya. Kini John benar-benar tidak sabar menanti hari esok
dan John pun yakin bahwa besok adalah hari Sabtu yang akan menyenangkan
hatinya. Perlahan tapi pasti John, mulai merelakan bahwa setiap hari yang dia
lewati adalah hari Sabtu asalkan saja hari Sabtu tersebut bisa
membahagiakannya. John pun kini punya alasan lain kenapa dia bisa merelakan
bahwa setiap harinya adalah hari Sabtu dan alasan itu adalah “Lucy”. John
benar-benar jatuh cinta padanya.
Namun
nampaknya semua mimpi John dan hari “Sabtunya” sudah berakhir karena saat John
memejamkan kemudian membuka matanya, dia tersadar kalau dirinya sudah ada dalam
sebuah ruangan, dirinya tergolek lemah tak berdaya dengan penuh luka di
tubuhnya. Tiba-tiba terdengar suara orang membuka pintu kemudian orang itu
menghampiri John dan ternyata orang itu adalah Adam.
“John! syukurlah kamu sudah sadar
ternyata” Kata Adam dengan gembiranya karena John telah sadar.
“Dimana ini?” Tanya John.
“Kamu ada di rumah sakit sudah tiga
hari kamu koma”. Jawab Adam
“Apa yang terjadi padaku?” Kata John.
“Kamu mengalami kecelekaan, kamu
tertabrak mobil saat kamu mengendarai sepedamu, apa kamu tidak ingat?” Kata
Adam.
“Aku tidak ingat sama sekali. Adam
sekarang hari apa?” Tanya John.
“Sekarang hari Selasa, memangnya
kenapa?” Jawab Adam
“Tidak, tidak apa-apa” Kata John.
“Kalau begitu aku akan panggilkan
dokter, aku akan memberitahunya bahwa kamu sudah sadar” Kata Adam.
Adam pergi meninggalkan John untuk
memanggil dokter. Dalam kondisi terbaring John masih bisa belum percaya, bahwa
ternyata semua yang terjadi hanya mimpi, tapi John merasakan mimpi itu terasa
amat sangat nyata. John mungkin kecewa ternyata hari “Sabtu” yang sebenarnya
mulai bisa dia nikmati hanya khayalan alam bawah sadarnya saja, meskipun begitu
dia sedikit lega karena dia bisa merasakan kembali hari-hari lainnya selain
hari Sabtu.Tapi tetap dalam hatinya dia merasa sedih mengapa dia harus sadar
disaat yang tidak tepat. Seminggu berlalu John pun diperbolehkan meninggalkan
rumah sakit. Ditemani Adam, John pulang kerumah kontrakannya. Tiba di rumah,
mereka berbincang-bincang sebentar.
“Adam terima kasih atas semua yang
kamu lakukan selama aku sakit” Kata John.
“Tidak usah berterima kasih, aku
inikan kakakmu sudah sepatutnya seorang kakak melindungi dan menjaga adiknya”
Kata Adam.
“Oh ya, aku punya sesuatu untukmu,
coba kau lihat di laci dekat ranjangku” Kata John.
“Apa ini?” Kata Adam sambil membuka
laci kemudian mengambil benda yang ada di dalamnya.
“Coba kamu buka” Kata John.
“hmm... apa ini” Adam membuka kotak
tersebut dan isi kotak tersebut adalah sebuah jam tangan.
“Itu hadiah ulang tahunmu, maaf aku
hanya bisa memberikan itu” Ucap John.
“Pasti kamu tidak makan untuk membeli
jam tangan ini” John mengucapkan dengan nada sedikt bercanda, kemudian Adam
memeluk John.
“Terima kasih pasti akan langsung
kupakai jam tangan ini, tapi nampakanya aku harus pergi sekarang masih banyak
pekerjaan menunggu” Kata Adam.
“Oh ya kalau begitu” Kata John.
“Baiklah kalau begitu sampai jumpa”
Kata Adam.
“Eh, tunggu Adam. Apakah St. Louis
berhasil menjadi juara?” Tanya John.
“St. Louis gagal menjadi juara mereka kalah
oleh New York Yankees di final,
mungkin tahun depan mereka bisa juara” Kata John.
“ Ya kalau begitu terima kasih atas
infonya, sampai jumpa” Kata John.
Adam pun pergi meninggalkan John.
Kini
John berusaha untuk melupakan mimpi “nyatanya”. John ingin menenangkan
pikirannya dengan pergi keluar. Ditengah hiruk pikuk jalan yang ramai John
mencoba melangkah dengan pasti, dia ingin benar-benar melupakan apa yang sudah
terjadi. Kini dia fokus menatap masa depan dan kehidupannya yang nyata. Namun
tiba-tiba ditengah desakan banyak orang yang berlalu –lalang John melihat sosok
wanita yang sepertinya tidak asing baginya. John dan wanita itu saling menatap
kemudian saling berpapasan, setelah mereka sudah saling melewati. John teringat
akan satu nama “Lucy”.
***
Karya: Anshar Alifya Ihsan